urbanstory.id – Trend hybrid working diprediksi akan terus mendominasi cara kerja di tahun 2025. Model kerja ini memberikan fleksibilitas yang sangat dibutuhkan oleh banyak pekerja di seluruh dunia.
Berbagai survei menunjukkan bahwa banyak perusahaan rela menerapkan sistem ini sebagai strategi retensi karyawan yang efektif. Karyawan merasa lebih bahagia dan produktif ketika dapat bekerja dari rumah maupun kantor.
Fleksibilitas dan Produktivitas
Salah satu alasan utama mengapa model kerja hybrid menjadi pilihan utama adalah fleksibilitas yang ditawarkannya. Karyawan bisa memilih waktu dan tempat kerja yang cocok, berdasarkan prioritas pribadi dan profesi.
Dalam survei yang dilakukan oleh perusahaan riset internasional, 70% responden mengaku lebih produktif ketika bisa bekerja dari rumah. Hal ini menunjukkan bahwa lingkungan kerja yang nyaman sangat berdampak pada hasil kerja mereka.
Selain itu, dengan adanya kebebasan ini, pekerja dapat mengatur keseimbangan antara pekerjaan dan kehidupan pribadi, yang semakin penting di era modern ini. Banyak yang merasa pengalaman hybrid meminimalisir stres dan burnout.
Peran Teknologi
Dukungan teknologi menjadi pilar utama dalam keberhasilan model kerja hybrid. Tools komunikasi seperti video conference dan software manajemen proyek memungkinkan kolaborasi efektif meskipun tidak berada di satu lokasi.
Sistem cloud dan platform digital juga membantu karyawan untuk mengakses dokumen dan berkolaborasi secara real-time, apapun lokasi mereka. Ini semua berkontribusi pada lancarnya proses kerja dari jarak jauh.
Seperti yang diungkapkan oleh CEO sebuah perusahaan teknologi, “Tanpa teknologi yang mendukung, model hybrid tidak akan efisien. Kami hanya bisa mencapai tujuan kalau semua elemen bekerja sama, baik di kantor maupun jarak jauh.”
Tantangan yang Dihadapi
Meski banyak keuntungan yang didapat dari hybrid working, beberapa tantangan juga muncul. Komunikasi bisa menjadi masalah, terutama ketika tim tidak berada di lokasi yang sama.
Selain itu, perbedaan dalam budaya kerja antara tim yang bekerja di kantor dan yang remote bisa memicu ketegangan. Tanpa adanya pengawasan langsung, ada resiko masalah disiplin yang mungkin muncul.
Perusahaan perlu menyusun kebijakan jelas untuk menangani tantangan ini dan memastikan bahwa semua karyawan merasa diikutsertakan, terlepas dari di mana mereka bekerja.