urbanstory.id – Ketua Dewan Ekonomi Nasional, Luhut Binsar Pandjaitan, mengusulkan program hilirisasi untuk industri kemenyan. Usulan ini didorong oleh peningkatan nilai ekspor kemenyan nasional yang mencapai US$ 52,51 juta tahun lalu.
Tujuan hilirisasi adalah untuk meningkatkan nilai tambah dari bahan baku kemenyan yang selama ini diekspor. Nilai perdagangan industri pengguna kemenyan global diketahui mencapai US$ 23 miliar.
Potensi Hilirisasi Kemenyan Multinasional
Luhut Binsar Pandjaitan menekankan pentingnya hilirisasi kemenyan dalam meningkatkan nilai tambah industri ini secara signifikan. Menurutnya, hilirisasi dapat memanfaatkan potensi nilai tambah hingga 350 kali lipat dari pasar internasional.
Dalam International Conference on Infrastructure, Luhut menggambarkan besarnya potensi pasar hilirisasi kemenyan yang mencapai US$ 23 miliar. Berbagai produk dari hilirisasi ini, seperti parfum dan aromaterapi, memiliki prospek pasar yang menjanjikan.
Luhut menunjukkan bahwa 80% bahan baku kemenyan nasional saat ini diekspor, menandakan peluang besar untuk memperkuat hilirisasi. Langkah ini diharapkan dapat menjadi titik balik bagi perekonomian nasional melalui peningkatan nilai tambah di dalam negeri.
Tantangan Infrastruktur dan Daerah Produksi Kemenyan
Pembangunan infrastruktur menjadi kunci dalam mendukung program hilirisasi kemenyan yang digagas Luhut. Daerah penghasil kemenyan utama di Indonesia, seperti Danau Toba, masih menghadapi masalah aksesibilitas yang perlu segera diperbaiki.
Contohnya, Danau Toba dengan 75.000 pohon kemenyan memiliki potensi produksi 75 ton minyak kemenyan per tahun. Akses seperti jalan tol dianggap penting agar hilirisasi dapat berjalan efektif dan efisien.
Ekspor kemenyan Indonesia pada saat ini masih dominan menuju negara seperti India, Vietnam, dan Cina. India merupakan pasar terbesar dengan 42,9% dari total ekspor, sementara Vietnam dan Cina mencatat ekspor sebesar total 43.100 ton tahun lalu.
Inisiatif Hilirisasi Pangan oleh Pemerintah
Selain kemenyan, pemerintah juga menerapkan program hilirisasi pada sebelas komoditas pangan. Menteri Pertanian, Amran Sulaiman, mengungkapkan potensi investasi signifikan dalam program tersebut yang mencapai Rp 802,58 triliun.
Tahap awal hilirisasi pangan fokus pada tujuh komoditas, termasuk bawang putih dan singkong, dengan potensi investasi sekitar Rp 460 triliun. Komoditas lain yang menjadi fokus antara lain kelapa sawit, kelapa, tebu, aren, dan sapi.
Hilirisasi pangan ini bertujuan untuk mengurangi impor dan meningkatkan produksi lokal. Selain itu, program ini diharapkan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat, menghemat devisa, dan merangsang perekonomian daerah.