urbanstory.id – Belasan penerbangan internasional dan domestik di Bandara I Gusti Ngurah Rai, Bali, dibatalkan menyusul erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki di Nusa Tenggara Timur.
Pembatalan ini meliputi penerbangan dari rute Singapura dan Australia, dengan total 12 penerbangan internasional dan lima penerbangan domestik terpaksa dibatalkan.
Pembatalan Penerbangan di Bandara Ngurah Rai
Menurut Wahyudi, General Manager Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, terdapat 12 penerbangan internasional yang dibatalkan, termasuk tiga dari Singapura, dua dari Melbourne dan Brisbane, serta satu dari Adelaide, Sydney, Pudong, Auckland, dan Delhi.
Selain itu, lima penerbangan domestik yang dibatalkan berasal dari empat rute dari Labuan Bajo dan satu dari Semarang.
Hingga pagi hari, tercatat 13 penerbangan internasional dan dua penerbangan domestik lainnya yang juga mengalami pembatalan, termasuk tiga dari Melbourne dan dua dari Brisbane.
Data ini menunjukkan dampak yang signifikan dari erupsi terhadap jadwal penerbangan di bandara tersebut.
Respon dan Penanganan Pascakejadian
Wahyudi mengungkapkan bahwa pihak maskapai telah memberikan opsi kepada penumpang untuk pengembalian dana, penjadwalan ulang, atau pengaturan rute ulang.
Manajemen Bandara Ngurah Rai menyatakan pentingnya perhatian ekstra untuk mengelola dampak erupsi terhadap operasional penerbangan.
Untuk memastikan keamanan, bandara juga menyiapkan personel yang siap melakukan koordinasi dan mengadakan uji coba untuk mendeteksi sebaran abu vulkanik.
Hasil pengujian yang dilakukan hingga pukul 09.30 WITA menunjukkan bahwa tidak ada sebaran abu vulkanik yang terdeteksi di bandara.
Erupsi Gunung Lewotobi dan Dampaknya
Erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki yang terjadi pada Selasa, 17 Juni 2025, menghasilkan kolom abu dan kerikil yang signifikan.
Letusan pertama terjadi pada pukul 17.41 WITA dan diikuti oleh letusan kedua pada pukul 21.33 WITA, dengan kolom abu mencapai ketinggian 2.000 meter di atas puncak.
Akibat aktivitas vulkanik tersebut, status Gunung Lewotobi meningkat menjadi Level IV (Awas) yang melarang aktivitas dalam radius 7 kilometer dari puncak.
Ratusan warga dari empat desa terpaksa mengungsi ke lokasi yang lebih aman untuk menghindari bahaya.