urbanstory.id – Belanja online kini menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan banyak orang, meski seringkali berujung pada dompet yang kosong. Momen menggembirakan bisa berubah menjadi masalah ketika keranjang belanja penuh, tetapi isi dompet tidak mencukupi.
Fenomena ini semakin umum terjadi seiring meningkatnya daya tarik diskon dan promo, membuat banyak individu terjebak dalam godaan berbelanja daring. Mengapa hal ini bisa terjadi? Mari kita telusuri lebih dalam.
Kenyataan Psikologis Belanja Online
Belanja online memberikan pengalaman yang menyenangkan, tetapi juga membawa masalah psikologis. Penelitian menunjukkan bahwa ketika melihat barang yang diinginkan, informasi positif yang muncul sering kali membuat orang melupakan kondisi keuangan mereka.
Kecepatan dan kemudahan dalam proses belanja daring sering kali menciptakan ilusi kontrol bagi konsumen. Namun kenyataannya, mereka mungkin menyadari dompet mereka tidak memenuhi harapan untuk menyelesaikan semua pembelian.
Saat terjebak dalam euforia melihat barang-barang menarik, sering kali akal sehat yang menyarankan untuk tidak membeli tidak dipedulikan.
Dampak Diskon dan Promo yang Menggiurkan
Salah satu alasan utama mengapa dompet bisa kosong meski keranjang penuh adalah daya tarik diskon yang menggiurkan. Konsumen sering kali terjebak untuk membeli barang yang tidak terlalu dibutuhkan hanya karena terkesan murah.
Informasi tentang penawaran atau sale dapat menyebar dengan cepat di media sosial, meningkatkan tekanan untuk segera membeli. Dalam situasi ini, konsumen sering terjebak dalam siklus pembelian impulsif.
Ini adalah contoh bagaimana pemasaran yang cerdas bisa memainkan peran penting dalam memicu emosi konsumen, menyebabkan mereka membeli barang yang kadang tidak diperlukan.
Solusi untuk Mengelola Pengeluaran
Mengelola pengeluaran saat berbelanja online adalah langkah penting untuk menghindari dompet kosong. Kunci untuk keluar dari siklus ini adalah perencanaan dan penganggaran yang baik.
Salah satu metode yang dianjurkan adalah menggunakan ‘keranjang belanja’ untuk mengumpulkan barang yang diinginkan dan menunggu beberapa hari sebelum menyelesaikan pembelian. Ini memberikan waktu untuk mempertimbangkan kembali apakah barang tersebut memang diperlukan.
Memanfaatkan fitur wishlist juga merupakan langkah strategis untuk menyimpan barang-barang yang ingin dibeli, sehingga konsumen dapat kembali mengevaluasi keputusan mereka.