Fenomena #Kidulting: Ketika Dewasa Kembali Menjadi Anak-anak

Fenomena #Kidulting: Ketika Dewasa Kembali Menjadi Anak-anak

urbanstory.id – Fenomena #Kidulting semakin populer di kalangan orang dewasa, di mana mereka mengumpulkan berbagai jenis mainan yang biasanya dianggap untuk anak-anak. Koleksi ini menjelma menjadi bentuk ekspresi diri dan nostalgia terhadap masa kecil yang indah.

Di Indonesia, tren ini mulai mendapatkan perhatian dengan berdirinya komunitas di berbagai media sosial. Banyak orang dewasa merasa bahwa mengoleksi mainan kian melengkapi kenangan manis dari masa lalu.

Apa Itu #Kidulting?

#Kidulting adalah gabungan kata ‘kid’ yang berarti anak dan ‘adult’ yang berarti dewasa. Istilah ini menggambarkan bagaimana orang dewasa tetap menyukai dan mengumpulkan mainan, mulai dari action figures hingga mainan vintage.

Fenomena ini tidak hanya terbatas di Indonesia, tetapi juga banyak terjadi di seluruh dunia. Banyak orang dewasa yang merasakan koneksi mendalam dengan mainan yang mereka kumpulkan, membuat pengalaman nostalgia ini sangat berharga.

Mengapa Orang Dewasa Mengoleksi Mainan?

Salah satu alasan utama orang dewasa mengoleksi mainan adalah untuk mengatasi stres dalam hidup sehari-hari. Dalam dunia yang terus bergerak cepat, mainan bisa menjadi pelarian yang menyenangkan dan mengingatkan mereka akan masa-masa tanpa beban.

Selain sebagai pelarian, koleksi mainan juga sering kali menjadi simbol status di kalangan kolektor. Mainan edisi terbatas atau yang langka memiliki nilai tinggi, sehingga banyak kolektor berusaha mendapatkan item terbaik untuk meningkatkan nilai koleksi mereka.

Komunitas #Kidulting di Indonesia

Komunitas #Kidulting mulai bermunculan di Indonesia, terutama di berbagai platform media sosial. Di sini, para anggota berbagi foto koleksi, berdiskusi tentang jenis mainan yang mereka cintai, dan mengadakan acara seperti bazaar mainan.

Komunitas ini menciptakan ruang bagi penggemar untuk saling bertukar informasi dan pengalaman. Melalui interaksi yang intens, mereka membangun jejaring sosial yang kuat dan saling mendukung dalam perjalanan koleksi masing-masing.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *