urbanstory.id – Para ilmuwan baru saja membuat terobosan menarik dengan mengubah plastik bekas menjadi obat-obatan yang berguna. Bakteri dengan kemampuan unik telah berhasil mengubah polyethylene terephthalate (PET) menjadi paracetamol, obat umum untuk meredakan nyeri.
Penelitian ini menawarkan solusi inovatif terhadap masalah limbah plastik global. Menggunakan proses ramah lingkungan, langkah ini berpotensi merevolusi cara kita menangani sampah sekaligus memenuhi kebutuhan kesehatan.
Limbah Plastik dan Krisis Lingkungan
Masalah limbah plastik menjadi tantangan besar di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Dengan terus tumbuhnya populasi, pengelolaan sampah plastik menjadi semakin mendesak.
Produksi plastik yang meningkat menyebabkan dampak negatif yang semakin nyata terhadap lingkungan. Banyak plastik yang akhirnya berujung di laut dan tempat pembuangan, merusak ekosistem yang ada.
Oleh karena itu, penelitian terkait cara mendaur ulang plastik menjadi bahan yang berguna sangatlah relevan. Inovasi dalam daur ulang plastik bisa mengurangi volume sampah sekaligus memberi manfaat ekonomi.
Proses Konversi oleh Bakteri
Penelitian terbaru berhasil menunjukkan bahwa beberapa spesies bakteri mampu mencerna PET, jenis plastik yang umum digunakan dalam botol dan kemasan. Melalui proses biodegradasi, bakteri ini mengubah PET menjadi molekul sederhana.
Molekul sederhana tersebut dapat dimodifikasi lebih lanjut untuk menghasilkan paracetamol. Ini merupakan langkah signifikan yang menunjukkan bahwa limbah plastik bisa menjadi sumber bahan baku farmasi dan bukan sekadar sampah.
Para peneliti berharap dengan memanfaatkan bakteri ini, proses produksi obat bisa menjadi lebih efisien dan berkelanjutan. Selain itu, ini juga berpotensi mengurangi ketergantungan pada bahan baku berbasis minyak.
Implikasi dan Potensi Masa Depan
Inovasi ini tidak hanya memberikan dampak positif bagi lingkungan, tapi juga berpotensi besar dalam bidang kesehatan. Paracetamol yang dihasilkan dari limbah plastik bisa menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan.
Di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menguji kelayakan dan keamanan penggunaan paracetamol yang dihasilkan dari proses ini.
Jika berhasil, teknologi ini bisa menjadi solusi bagi masalah limbah plastik sekaligus menyediakan akses terhadap obat-obatan penting, terutama di daerah yang kesulitan mendapatkan perawatan kesehatan yang memadai.