urbanstory.id – Kematian Prada Lucky Chepril Saputra Namo menimbulkan banyak kontroversi di kalangan masyarakat dan keluarga setelah berbagai penjelasan dari TNI mengenai penyebabnya dianggap tidak konsisten. Keluarga Lucky mengklaim bahwa adiknya mengalami penyiksaan yang menyebabkan luka serius di tubuhnya sebelum meninggal.
Kakak Lucky, Lusy Namo, menyatakan kekecewaannya terhadap pernyataan pihak TNI yang menyebut penyebab kematian Lucky adalah kecelakaan, mulai dari jatuh di gunung hingga kecelakaan motor.
Keluarga Menghadapi Kebingungan
Keluarga Prada Lucky mengalami kebingungan mendalam menyusul sejumlah pernyataan yang berbeda dari TNI terkait kematian Lucky. Lusy Namo menyatakan, ‘Banyak versi dari TNI bahwa Lucky meninggal karena jatuh dari gunung dan juga jatuh dari motor.’
Pernyataan yang saling bertentangan ini membuat Lusy merasa bahwa penjelasan yang disampaikan oleh pihak TNI terkesan manipulatif. Ia menegaskan, ‘Kami tidak bodoh, kami tahu Lucky meninggal dengan luka-luka mengkhawatirkan.’
Hasil otopsi di RSUD Aeramo, Nagekeo menunjukkan adanya sejumlah luka, termasuk luka sundut api rokok, memar, dan bekas pukulan yang diduga akibat benda tajam. Hal ini semakin menambah rasa kecewa dan kemarahan keluarga saat mendengar penjelasan TNI yang tidak konsisten.
Luka-luka pada Tubuh Lucky
Menurut Lusy, luka-luka pada tubuh Lucky sudah sempat diobati, tetapi tetap terlihat mengkhawatirkan. Ia menambahkan, ‘Mereka putar balik (berbohong) lagi, jadi versinya itu banyak.’
Keluarga meyakini bahwa luka-luka tersebut merupakan hasil dari penyiksaan yang terjadi di dalam asrama tempat Lucky tinggal, di mana ia dianiaya oleh seniornya. Lusy mengungkapkan bahwa Lucky pernah mencoba melarikan diri ke rumah orang tua asuhnya di Nagekeo.
Setelah mendapatkan perawatan sementara di rumah orang tua asuh, nyawa Lucky kembali dalam ancaman ketika sekitar 15 orang seniornya datang untuk membawanya kembali ke asrama, yang menakutkan bagi Lucky dan keluarganya.
Penyelidikan yang Berlangsung
Kasus kematian Prada Lucky kini melibatkan empat prajurit TNI sebagai tersangka, dengan 16 lainnya masih dalam pemeriksaan. Pihak berwenang berharap investigasi ini dapat memberikan kejelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi.
Keluarga Lucky sangat mengharapkan keadilan ditegakkan, di mana Lusy menyatakan, ‘Kami ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi pada Lucky.’
Kasus ini telah menempatkan perhatian publik pada perlakuan terhadap prajurit di lingkungan TNI, dengan keluarga dan aktivis hak asasi manusia mendesak agar ada transparansi dalam proses investigasi yang sedang berlangsung.