urbanstory.id – Kita semua pernah mengalaminya: saat merasa enggan untuk melakukan sesuatu yang seharusnya bisa membuat kita bahagia, kita sering mengatakan ‘nanti aja’. Ungkapan sederhana ini bisa jadi samar, tetapi dampaknya pada keseharian kita cukup besar.
Teori Psikologi di Balik Penundaan
Salah satu faktor yang mendorong kita untuk menunda kebahagiaan adalah teori psikologi yang disebut prokrastinasi. Prokrastinasi merujuk pada kebiasaan untuk menunda pekerjaan atau aktivitas yang seharusnya dilakukan, dan sering kali ini terkait dengan rasa cemas atau takut gagal.
Sering kali, kita merasa bahwa kebahagiaan adalah sesuatu yang harus diraih di masa depan, bukan saat ini. Hal ini menciptakan mindset bahwa kita harus menunggu momen yang tepat untuk merasakan kebahagiaan, yang sering kali tidak pernah datang.
Psikolog menyebutkan bahwa sering kali kita terjebak dalam siklus berpikir negatif, di mana kita merasa lebih nyaman menunggu daripada mengambil tindakan. Dalam konteks ini, kita mungkin berpikir, ‘Setelah saya menyelesaikan pekerjaan ini, baru saya bisa bersenang-senang.’
Pengaruh Sosial dan Lingkungan
Pengaruh sosial juga memainkan peran penting dalam kecenderungan kita untuk mengatakan ‘nanti aja’. Ketika melihat orang lain yang sepertinya memiliki segala sesuatu yang teratur dan membuat kita merasa tidak cukup baik, kita jadi lebih cenderung menunda kebahagiaan kita.
Tekanan dari lingkungan sekitar kita, seperti keluarga dan teman, bisa membuat kita merasa tidak layak untuk menikmati kebahagiaan. Kita terpaksa mengikuti ekspektasi sosial yang sering kali tidak realistis dan membiarkan kebahagiaan menjadi hal terakhir yang dipikirkan.
Bahkan dalam situasi sehari-hari, seperti perbincangan santai, ungkapan ‘nanti aja’ bisa muncul sebagai respons terhadap ajakan untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan. Hal ini menggambarkan bagaimana kita sering kali lebih memilih untuk menunda pengalaman positif karena berbagai alasan eksternal.
Dampak dari Menunda Kebahagiaan
Dampak dari senantiasa menunda kebahagiaan sangat nyata dalam kehidupan sehari-hari. Kita jadi merasa kurang puas dan selalu mencari kebahagiaan di tempat yang tidak kunjung kita capai.
Kebiasaan ini bisa memicu stres dan kelelahan mental karena terus-menerus menempatkan kebahagiaan di masa depan. Penelitian menunjukkan bahwa seseorang yang sering menunda kebahagiaan bisa berisiko lebih tinggi mengalami gangguan kecemasan dan depresi.
Akhirnya, saat kita terus-menerus menunggu ‘nanti’, kita mungkin melewatkan momen-momen berharga dalam hidup yang seharusnya bisa memberikan kebahagiaan saat ini. Membiarkan momen berlalu tanpa dinikmati hanya akan menambah rasa penyesalan di masa depan.